SEBUAH CERPEN KARYA: PUTRI AZHARI (26), XI MIA 4. BERJUDUL : ARWAHKU KEPO Ku tatap sebuah gundukan tanah kuburan yang masih basah. Murka benar aku menatapnya. Rasanya tak sudi membiarkan tubuh yang telah ku rawat setiap hari, ku bawa ke salon tiap 2 kali seminggu dan ku manjakan dengan produk-produk ternama lalu begitu saja tergeletak lemah di dalamnya. Aku masih tak menerima kenyataan harus mati muda seperti ini, apalagi kedua orang tua ku. Sebagai anak tunggal serta penerus tunggal kekayaan keluarga Subandi Ayahku, tentunya ayah dan ibuku merasa sangat-sangat kehilangan anak tunggalnya ini. "Ririn..bangun nak...bangun...Ririn jangan meninggalkan Mama sendiri, Ririn harus bangun", suara parau ibuku terus saja menjadi backsound pengiring pemakamanku. Begitu juga dengan puluhan pelayat lainnya, mereka yang merasa kehilangan akupun ikut mengolaborasikan tangisan mereka bersama dengan tangisan ibuku. Zeya dan Ika, kedua sahabatku itu tidak luput juga berpartisip
Catatan kecil berharap menjadi besar