Ada kah esok bila terpanggil nama mu masih ku rasakan getar yang tak terjemahkan(?). Aku menunggu mu dan ini untuk kali kesekian. Mulai musim di mana daun jatuh berguguran diterpa hujan hingga tiba musim debu berhamburan datang. Aku menunggu mu, datang, pulang atau apalah itu, yang jelas, aku di sini "ada" untuk kamu yang ku harapkan juga "ada". Kembali mengingat mu, kembali seolah sepi menyapa lagi. Bisa apa aku(?) jika nanti pundak gagah mu itu telah disandar oleh yang lain. Bisa apa aku(?) Jika nanti bukan lagi aku yang kamu rindu. Dan tak adilnya, kamu masih bisa datang kapan pun, melakukan apa pun dan sambutan ku pun masih sama seperti dulu, seperti saat seolah tak ada luka yang pernah digores keji oleh diri mu. Aku baik-baik saja lalu tersenyum kecut. Mungkin begitu cara sederhana ku berbohong kepada mu kelak. Lalu dengan bodohnya kamu kembali bersikap manis kepada ku. Jauh dari itu, lebih bodohnya lagi dengan senang hati aku menerima manisnya sikap mu. Seo
Catatan kecil berharap menjadi besar