Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2014

Kamu Yang Begitu Bodoh

Ada saatnya nanti dimana seseorang yang pernah kamu buat senyumnya merekah bersamaan dengan makin kentaranya tanda merah jambu dipipinya akan lupa dengan kamu. Dan kamu hanya akan bilang: "MAKASIH!!" lalu memalingkan wajahmu sembari menata hatimu yang terlanjur tercecer berantakan Ada juga saat dimana kamu sibuk menata hatimu yang hancur itu lalu tiba-tiba seseorang itu kembali merekahkan senyumannya hingga akhirnya kamu kembali terbuai oleh dirinya. Kamu lupa akan hati mu yang hancur itu. Kamu biarkan hatimu yang baru teruntuknya lagi. Lagi dan lagi hingga akhirnya kamu kembali disibukkan untuk menata hati yang kini kamu menyadarinya bahwa hati itu telah habis tercecer berantakan. Benar-benar habis, dan kamu akan lupa bagaiaman cara untuk mengembalikan yang habis itu utuh kembali. Maka, saat itu akan ada banyak mulut yang mencemo'oh bahwa kamu, adalah, BODOH.

Dulu, catatan kecil tentang kamu

Kita adalah secuil kisah dibalik kokohnya gedung tua Kita adalah romantisme puisi-puisi para pecinta Itu dulu, dulu sebelum akhirnya cinta itu kadaluwarsa. Kau bagai debu tertiup angin dihujani air... Kau bagai embun pagi hilang sirna oleh semburat cahaya mentari Kau sirna...sirna tak tau kemana Mungkin aku tau kau di mana, di mana kau benar-benar berpijak pada bumi dan kau berada. Bahkan... Tak perlu kau tanyapun, setiap waktunya ada adalah waktumu untuk ku cari tau tempatmu berada. Namun.... Yang tak ku tau adalah keberadaan hati mu yang membungkus rapat rasa yang pernah ada, pernah kau punya. Bahkan....sebelum kau sendiri yang berhak memberitahu diriku, telah ku selidik dalam hingga aku tau keberadaan rasa mu itu, ya, itu adalah dulu, sebelum cinta itu kadaluwarsa. Gedung tua ini jadi saksi Teman dekat mu, teman dekat ku jadi saksi Malam-malam bertaburan bintang jadi saksi Musim kemarau jadi saksi Riuh suasana sekolahpun jadi saksi, ya. Kisah itu disekolah, di gedung tua

Je... Gadis itu rindu kamu

Je... Ijinkan gadis itu berada dalam kisah mu Berada dalam angan malammu Berada dalam sapaan soremu Seperti dulu... Je... Gadis itu merindukanmu Dulu dan hingga kini Je... Haruskah kau pergih ? Dan datang hanya untuk waktu sesingkat itu ? Sadarkah kau ? Waktu sesingkat itu membekas rindu lama bagi gadis itu. Kembalilah je... Gadis itu memohon. Je... Ada banyak hal yang ingin gadis itu ceritakan kepadamu Ada banyak pula hal yang ia ingin tau tentang mu Kau harus tau itu Je! Je... Maukah kau tau tentang dirimu dalam kehidupan gadis itu ? Kau yang pertama Je... Yang pertama berhasil membuat wajahnya merah jambu saat saling berjumpa Je... Kembalilah seperti dulu Seperti saat kau menyapanya untuk kali pertama Menyapa disetiap sorenya Hingga ia tertidur sebelum larut malam Dan ketika semua itu menjadi hal yang telah ditiadakan Gadis itu... Aneh... Dia merasa aneh... Je... Dia merindukan mu Sungguh :')

sepasang sepatu tanpa nama

langkahmu adalah laju maka hentimu adalah ragu datang mu adalah temu maka pergih mu adalah rindu seberapa lamakah kau mampu berdiri maka sebegitu saja aku mampu tau seberapa jauhkah kau mampu lari maka sebegitu saja aku mampu tau yang tak ku tau ketika kau beranjak tanpa jejak menghilang tanpa bilang dan akhirnya tak kunjung beranjak aku dapat pula berlari tak kunjung beranjak aku dapat pula mengerti ketika siapa datang tanpa mengapa ketika siapa pergih tanpa karena dan ketika siapa itu hanyalah sepasang sepatu tanpa nama~

Kau yang luntur bersama datangnya hujan

ada mu adalah yang juga luntur bersama datangnya hujan. mungkin kini tiba bulan desember yang akan kau jelangi juga awal januari mungkin kau menanti januari dan kau akan lupa bulan sebelum itu semudah mengedipkan mata bagimu melupa seringan tanpa beban bagimu meninggalkan ada mu adalah bagai ilusi tak nyata ada mu adalah ringkasan detik tersingkat dan ketiada mu adalah lubang dalam yang menenggelamkan dan menutupnya adalah tak semudah matamu berkedip tak seringan beban yang kau angkat

Lari itu lelah

Dan aku takkan benar-benar bisa berhenti pada satu tiitik ketika aku mencintaimu. Aku akan terus lari, lari mengejar rangkaian-rangkaian imajinasi yang ku ciptakan sendiri. Harapanku pun hanya satu, berharap semua imajinasi itu menjadi samar karena kenyataan indah yang membenarkan, mempertebal kenyataan, menghilangkan yang samar itu menjadi jelas adanya. Maka, akan ada cerita Aku dan Kamu disitu. Namun...ketika itu tidak terjadi, ketika aku masih saja terus mengejar rangkaian imajinasi itu, ketika aku terus saja berlari yang padahal segala yang berlari pastinya akan terjatuh, dan jika saja aku terus terjatuh yang padahal segala yang terjatuh akan terluka, dan jika saja aku terus terluka yang padahal segala yang terluka itu akan merasakan perih. Maka, ada saatnya aku sadar untuk harus berhenti.