Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

17 y.o : Catatan Sebelum Rabi:3 #2

Oke, lanjut! Gue pengen...amat amat sangat pengen buat masuk ke FISIP jurusan ilmu komunikasi (di univ mana ?, terserah! Asal negeri, karena gue takut kalau di swasta uang kuliahnya mahal. Kasian, kasian ibu bapak gue). Sejak SMP gue emang udah tertarik dengan bidang "tulis-menulis" atau mungkin sebut aja jurnalistik. Dan dari sekian kali gue browsing ngepoin jurusan apa yang menjurus ke bidang jurnalis, setahun lalu gue pun nemuin ini (jurusan ilkom). Gue ngerasa jurusan ini tepat untuk gue, untuk bakat dan passion gue. Gue? milih ini!💪 Tapi masalah pun datang ketika gue dihadapi dengan pertanyaan "nanti habis itu mau kerja apa?". "BRUUUKK!!" gue stuck!. Meski "menurut google" prospek kerja lulusan ilkom amat luas tapi realita lebih punya argumen yang kuat untuk gue percayai. "kuliah di kesehatan, nanti lulus langsung dapet kerjaan kalau nggak nyari perijinan buat buka praktek sendiri" (bujukan-bujukan itupun mengiang lagi di pikir

17 y.o: Catatan Sebelum Rabi:3 #1

Holla 👋😊 Apa kabar temans udah rabi beloms ? :3 *eh *papaanih?!? : V huhuhu.... postingan kali ini sebenernya pengen curhat, pengen ngeluarin semua uneg-uneg yang pastinya nggak jauh-jauh perihal UN, milih PTN, milih jurusan + proses-prosesnya. Bingung?? Jelas! Jelas banget masih bingung mau ngelanjutin kuliah apa dan di mana. Selain bingung, perasaan takut juga sering muncul. Takut gagal, gagal SNMPTN, gagal SBMPTN, gagal UM, ga ketrima kuliah, salah milih jurusan, salah ini salah itu huuaaaaaa takut sangat! 😢. Kenapa takut ?, ya jelas aja takut dengan resiko itu. Alasannya karena gue sendiri sadar (lebih tepatnya baru menyadari) kalau selama ini masa SMA udah terbuang sia-sia begitu aja. you know why??? 'Cause i'm not a smart student :' . Dengan sepenuh hati kalau kalian mau ngatain gue stupid, bodoh, kurang pinter, bahkan nggak pinter pun akan ikhlas gue terima karena semua itu emang bener. Ya.... gue sadar, ternyata selama tiga tahun masa penghabisan gue di SMA,

pelari[an]

Untuk hujan yang turun dan masih enggan untuk menguap lagi ke angkasa. Jika kau tak kunjung beranjak, injinkan aku untuk tak lagi berharap. Jogjakarta, Januari 2017 Langit masih sebiru seperti saat pertemuan pertama kita dulu. Dedaunan pohon masih sehijau seperti saat perpisahan pertama kita dulu. Ya, memang. bukankah perpisahan ini belum terlalu lama ? Aku kembali lagi ke Jogja, setelah semalam langit dihiasi ratusan kembang api pergantian tahun. Setelah do'a-do'a pengaharapan terucap dari mulut. Setelah semua kemeriahan itu, dan aku? Masih dengan perasaan sepi yang sama. Tak banyak berubah memang. Seharusnya pagi ini aku telah rapi. Berias di depan kaca, menabur bedak tipis di seluruh wajah, membalut kepala dengan hijab, menggores lipstik di bibir, menyemprotkan wewangian di tubuh. Ya berias, selayaknya perempuan lain di luar sana. Cantik, rapi, seperti yang kebanyakan laki-laki sukai. Tapi ternyata perayaan pergantian tahun yang meriah, kembang api yang menari-nari bebas