Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2016

Kita Semesta

Jogja, November 2016. Nama mu terbesit di benak. Samar-samar terdengar dalam khayal. Aku rindu, barangkali itu maksud ku. Berpuluh-puluh kali aku memimpikan berada di tempat indah dengan mu. Hutan pinus (kita cari yang paling dekat dengan rumah kita; Imogiri, Jogja). ya, hutan pinus Imogiri, tempat dambaan yang belum sempat aku singgahi dengan mu. Maksud ku, tempat dambaan yang belum sempat dan (mungkin) memang tak akan pernah sempat aku kunjungi dengan mu. Di sanalah tempat aku merindukan mu sekalipun belum pernah ada bayangan aku dan kamu terekam kaki langit di sana. Aku rindu saja. Membayangkan berada di sana bersama mu, duduk sebentar di batang pohon tua atau sesekali jahil menghujani rambut ikal mu dengan dedaunan pinus yang gugur di tanah jogja. Aku membayangkan ada waktu satu hari yang aku habiskan dengan mu hanya dengan berlarian kecil, mondar-mandir di antar pohonan pinus mencari view yang cocok untuk mengabadikan momen bersama atau hanya diam membisu sembari memutar lagu-lag

Tentang Laut

Sepertinya aku jatuh hati lagi pada mu. Pandangan pertama setelah sekian lama tak berjumpa. Maksud ku, ini perjumpaan pertama ku dengan mu, namun rasanya aku telah bertemu dengan mu entah pada suatu kapan dan di mana. Semacam dejavu atau apalah. Suara mu mengalun lirih, membisikkan pada ku tentang kisah usang mu. Kamu tetap sama, tetap tak tenang namun menenangkan. Aku suka cara mu menyuguhkan tentram. Cara khas mu menyapa pagi membuat aku jatuh cinta lagi. Seperti dulu, aku hanya terdungu melamun melihat elok mu. Membayangkan, betapa menyenangkan berada di dekat mu dengan orang tersayang. Sesekali aku ingin mengisahkan pada mu tentang dia-ku waktu itu, namun aku tunda pada kosa kata pertama ku. Barangkali lebih menyenangkan menikmati indah mu tanpa sendu masa lalu. Kamu masih yang terbaik. Menjadi andalan ku saat aku sedang tidak baik. Aku ingin terus begini, menyaksikan mu tanpa usai dan akhir. Dan jangan berakhir, aku ingin kamu menjadi yang terakhir. Surakarta, 15 Desember menj

Kamu pikir kamu

Esensi tulisan ini ?, kamu. Ah, bukan. Aku seringkali menjadikan kamu sebagai siapapun yang aku mau. Jadi esensi tulisan ini bukanlah kamu, tapi hati ku, perasaan ku, rasa yang ku rasa. Sekali lagi, bukan kamu!. Maka berhentilah membual cerita jika aku pembual cerita. Aku hanya sedang menenangkan hati. Membahagiakan hati ku sendiri ketika tidak lagi bisa berbuat apa-apa kecuali menuliskan apa saja. Mulutku berhenti, tapi hati ku berkata. Apa yang aku tulis adalah apa yang aku rasa. Bukan melulu tentang kamu yang aku cinta. Sekali lagi, apa yang aku tulis hanyalah apa yang aku rasa. Bukan melulu tentang 'kita'. Jika esensi tulisan ini adalah kamu, maka tulisan ku telah pensiun tahun lalu. Kamu telah mati bukan?, memang bukan di raga, tapi di hati. Jadi esensi tulisan ini bukanlah kamu. Tulisan ini hanyalah tentang betapa aku pernah merasa jatuh, patah, bangkit, jatuh lagi, patah lagi dan bangkit lagi. Lalu kini aku memutuskan untuk BERHENTI. Tidak untuk lama, tapi bisa jadi

Friend(zone)

Pada akhirnya, aku hanya ingin kita menjadi "teman" saja, tapi ego ku juga tak sudi jika kamu menjadi milik siapa saja yang bukan aku. Aku ingat-ingat lagi betapa aku pernah sakit yang paling terluka karena kamu memilih menetap di hatinya siapa. Aku ingat-ingat lagi berapa lama waktu yang ku habis kan hanya untuk mengenang kamu yang seharusnya bukan menjadi bagian dari kenangan. Harusnya kan kita tak usai, harusnya aku tak perlu mengusaikan kita. Iya kan ?. Bukan kah aku hanya ingin menjadikan kita sebagai teman, dua orang yang sama-sama saling membutuhkan tempat peraduan ?. Lalu aku bertanya kepada diri ku sendiri, mengapa harus cemburu jika aku bukan yang kamu buru ?. Ego ku membenarkan untuk cemburu, tapi logika ku berpikir keras untuk apa aku cemburu. Entahlah.... Harusnya tak perlu aku buru-buru mencari alasan untuk memulai membenci kamu. Tak perlu lah aku menjadi pemeran paling merana disetiap malam karena menahan rindu. Harusnya seperti biasanya, aku menyapa mu, kam

Mr. Pink Sweater

Kemudian aku ingin mengurung mu dalam ingatan. Memenjarakan sosok mu dalam kenangan. Sekalipun tanpa kamu dan memang telah tiada kamu. Kamu, mari ku kenang. Dek, ah, gagap aku memanggil mu dengan sebutan itu. Sekali saja dalam dua tahun kebersaman ku dengan kamu sama sekali aku belum pernah memanggil mu dengan sebutan "dek". Atau jangan-jangan aku memang belum pernah memanggil mu sekalipun dengan sebuatan apapun ??. Baiklah, kali ini aku akan memperkenalkan mu dalam tulisan ini sebagai "Tuan dengan sweater pink". Aku suka memandangi mu dari jauh. Menguntit dan mengintip setiap gerak-gerik mu. Menahan napas setiap di belakang punggung mu sambil tertawa kecil. Aku suka. Aku ingat ketika seorang teman mengatakan bahwa kamu jelmaan dari idolannya. Aku mulai penasaran, aku perhatikan dan aku sepakat menjawab "iya". Semenjak itu kami; aku dan temanku, mulai menggila menguntit tingkah mu. Kami merasa benar-benar berada di satu lingkup SMA dengan idola si tema