Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

Selamat jalan januari ke enam belas ku

Januariku, selamat tinggal..... Januari kebanggaanku... Kini ku temui kamu pada penguhujung titik habismu. Tiga satu, tanggal terakhir aku bisa merasakan harimu di tahun ini. Aku sedih, sedih karena secepat ini kamu berlalu. Kesibukan membawaku pada alam sadarku yang lupa menikmati harimu. Januariku... Terimakasih telah hadir untuk merayakan tahun ke enam belasku. Tahun genap umurku namun serasa ganjil di lubuk hatiku. Ada satu hal yang masih ku tunggu di januari ke enam belas ini. Ada, namun kini ku relakan tiada, ku tiadakan hal yang ku tunggu itu karna aku tahu, yang ku tunggu tak akan hadir di januari ke enam belasku ini. Januari ku.... Banyak yang ku pelajari dari hadir mu. Kamu adalah pembuka pada setiap tahun. Bulan yang selalu dinantikan sebagai waktu yang tepat menyerukan sumpah serapah untuk sebuah perubahan menuju kemenangan. Aku ingin seperti kamu wahai januariku. Ingin menjadi yang selalu dinantikan oleh siapa saja, ingin menjadi yang pertama, ingin menjadi pembuka dala

Kaka cepat sembuh ya...

Buat Kaka, adek tersayang... Lekas sembuh ya... Kaka kapan sembuh ? Sembuh dari ini itu yang buruk untuk dibincangkan, kapan Ka ? Semua serasa sudah lelah menasihatimu. Memberi nasihat kepadamu bagaikan berbincang dengan batu, keras!! Hanya alam yang mampu melapukkan. Semua sayang kaka, itupun jika kaka mau tahu. Sebab, apa yang kaka lihat sekarang adalah ketidak pahaman kaka dengan kehidupan. Pandangan kaka hanya tertuju pada materi. Seolah bumi ini bisa dibeli dengan materi. Seolah materilah yang menciptakan bumi yang maha agung ini. Jika saja kaka tahu, bumi tak lahir begitu saja. Bumi juga tak seperti balon udara yang bisa dibeli dengan materi. Ada Tuhan Yang Maha Agung di balik semua yang telah tercipta ini. Serta ribuan kasih sayang yang memberi rasa pada bumi ini. Kamu harus tahu itu Ka! Kakaku sayang.... Bila kelak aku tak lagi ada di sampingmu, tak lagi mampu membimbing sikap batu mu itu. Aku mohon, berjalanlah di jalan terbaik tanpa aku. Berubahlah menjadi perubahan yang

Si tampan berjaket hitam

Hai si tampan berjaket hitam! Sore tadi... Saat hujan alfa untuk datang aku melihat sosok mu. Tepat di arah pukul enam, ada aku di balik punggung mu mengintip mu dalam malu. Berharap cemas kamu tak tahu keberadaan ku. Hai si tampan berjaket hitam! Ini adalah bulan ke sepuluh aku mengagumimu, mengagumi sosok tampan berjaket hitam. Yap! Memang baru sepuluh bulan, dan dua bulan lagi hanya akan masih menjadi satu tahun lamanya aku mengagumimu. Tak apa..., asal kamu tahu saja, kagum ku ini adalah kagum yang agung. Yang ku peruntukkan hanya untuk mereka yang terpilih. Terpilih dari yang dipilih murni oleh hati. Tanpa paksa, tanpa rekayasa. Hai si tampan berjaket hitam! Untuk bulan ke sepuluh ini aku harap akan selalu ada kesempatan untuk ku, untuk selalu memandang mu dari arah pukul enam tanpa perlu kamu tahu. Berjalanlah selalu dengan gagahnya bersama jaket hitammu itu. Jangan kamu menengok ke belakang memandang ku. Karna... Akan ada bingkisan rindu yang ku terima dari tatapan tampanmu

Bahtera tua

Mungkin iya hujan mampu menghapuskan jejak-jejakmu, namun tidak untuk menghapuskan kerinduanku padamu. Sore ini, di dekat gerbang sekolahan aku berteduh menanti hujan reda, hanya sendiri. Beberapa kali aku mengulurkan tangan ku di bawah tetesan hujan. Berharap sedikit mengurangi rasa jenuh atas kesendirian yang kini ku hadapi. Kini, aku tanpa mu, aku sendiri dan benar-benar sendiri. Menanti keberadaanmu untuk hadir di sini sembari menunggu hujan reda seperti halnya beberapa bulan yang lalu adalah ketidakmungkinan yang harus ku terima. Sesegera mungkin aku menyadarinya bahwa semua itu hanyalah khayalan yang tak akan pernah terealisasikan. Kini, aku tanpa mu. Bagai bahtera tua yang terombang-ambing di tengah laut. Yang tak pernah tahu kemana dan kapan akan berhenti berlabuh, itulah aku yang kini tanpa kamu. Akan ku bawa ke mana rindu ini, di pulau manakah aku bisa menepi, membuang semua rindu nista ini. Rindu kepada seseorang yang sama sekali tak berbalas merindu. Sesakit inikah pat

Gadisku, si pendiam yang banyak bicara

Untuk gadis ku... Si pendiam yang banyak bicara. Gadisku... Bersabarlah untuk waktu yang lama ini. Suruhlah hatimu untuk tenang. Ijinkan dia sejenak saja mengistirahatkan dirinya untuk tidak kamu ajak merasakan ilusi rasa cemburumu. Tenangkan pikiranmu, katakan padanya bahwa tak seharusnya aku yang selalu ada dipikirankannya. Gadisku....si pendiam yang banyak bicara, tolong, tolong pahamilah aku. Jika kamu anggap aku tak lagi mempedulikanmu, maka kamu salah besar. Karna jauh dari yang terlihat diluar aku sangat-sangat merindukanmu, merindukan senyum pagimu, merindukan untuk menyapa soremu. Namun tahukah kamu wahai gadisku ?! Tak selamanya apa yang kamu mau dapat aku lakukan. Karna di sini aku sedang berjuang menata hati demi memperjuangkan kamu, demi suatu saat nanti yang entah kapan itu. Gadisku...maafkan aku, maafkan untuk sikap pengecut ku ini, untuk sifat yang tak pernah bisa kamu pahami, yang selalu saja membuat kamu merasa aku telah mempermainkanmu. Jika kamu tahu wahai gadisk

Beda rasa

Dibalik kerumunan nan riuh aku masih mencari sosok mu, sosok yang kini telah melupakan aku, melenyapkan aku dari pikirannya. Beberapa jam tadi adalah pukul sepuluh pagi. Aku masih mengingatnya dengan jelas, kira-kira pukul sepuluh pada empat bulan yang lalu masih ada adegan favorit yang selalu aku nantikan. Ketika aku berjalan di depan kelasmu untuk menuju kantin sekolah, berjumpa dengan mu, bisa melangkahkan kakiku di hadapanmu lalu teman-temanmu menyorakimu, men-cieciekan dirimu di hadapanku lalu aku berjalan malu berlaga tak tahu apa-apa. Ah...andai saja kamu tahu, adegan itu, adegan favoritku. Wahai kamu yang telah melupakan aku. Hari ini aku masih saja mencari sosokmu. Aku tahu rindu tak lagi menderu di dalam hatiku, hanya saja mengenang kamu yang datang hanya untuk sementara itu adalah hal yang menarik. Ibarat kata aku "kecanduan", kecanduan untuk memperhatikanmu meski tak ada lagi rindu di dalam hatiku. Wahai kamu yang telah berpaling hati dariku. Jika saja kamu tah

Radar ku menemukan mu

Ku temukan kamu di dalam radarku. Siang tadi di antara puluhan pengunjung studio 2 yang tengah duduk manis menanti film diputar, aku merasa ada yang aneh dengan ku. Suatu perasaan yang tidak jelas tiba-tiba merasuki hatiku. Semacam radar yang menemukan objek yang dicari, ya, aku rasa aku menemukan keberadaanmu. Wahai kamu yang kelak akan memiliki hati ku, ku rasa siang tadi radarku telah mendeteksi keberadaanmu. Keberadaan kamu seseorang yang belum aku ketahui siapa. Yang nampaknya begitu juga dengan dirimu yang belum kamu ketahui siapa aku. Apa ini karena efek menonton film ? Atau mungkin aku terhipnotis dengan kisah film itu ? Ah...aku rasa bukan, lagipula film yang sama-sama kita lihat bukanlah film romantis, bukan juga film super dramatis. Wahai seseorangku.... Apakah kamu ingat, film yang kita tonton bersama meski dengan keberadaan kamu yang belum aku ketahui dimana itu adalah film tentang negara ini. Film tentang kisah silam tragedi trisakti, film yang untuk pertamakalinya bisa

Radar ku menemukan mu

Ku temukan kamu di dalam radarku. Siang tadi di antara puluhan pengunjung studio 2 yang tengah duduk manis menanti film diputar, aku merasa ada yang aneh dengan ku. Suatu perasaan yang tidak jelas tiba-tiba merasuki hatiku. Semacam radar yang menemukan objek yang dicari, ya, aku rasa aku menemukan keberadaanmu. Wahai kamu yang kelak akan memiliki hati ku, ku rasa siang tadi radarku telah mendeteksi keberadaanmu. Keberadaan kamu seseorang yang belum aku ketahui siapa. Yang nampaknya begitu juga dengan dirimu yang belum kamu ketahui siapa aku. Apa ini karena efek menonton film ? Atau mungkin aku terhipnotis dengan kisah film itu ? Ah...aku rasa bukan, lagipula film yang sama-sama kita lihat bukanlah film romantis, bukan juga film super dramatis. Wahai seseorangku.... Apakah kamu ingat, film yang kita tonton bersama meski dengan keberadaan kamu yang belum aku ketahui dimana itu adalah film tentang negara ini. Film tentang kisah silam tragedi trisakti, film yang untuk pertamakalinya bisa

Setetes rindu

Bening.... Begitulah kondisi hati yang sedang diperjuangkannya sekarang. Ia bersihkan semua hal yang dapat mencemari hatinya. Andai kau tahu Je... Siang tadi di saat terik matahari mencoba memudarkan rindunya padamu justru rindu itu menetes pelan di dalam hatinya. Berdesir seluruh aliran rindu di tubuhnya, kembali terbayang akan dirimu, diri kalian berdua~dulu Berdiri dia menanti satu waktu dimana saat ia dapat menatap mu dari balik kaca jendela. Penuh harapan, penuh rindu yang membual untuk menggoda separuh jiwanya, meruntuhkan sebagian imannya, menggentarkan hati kokoh yang barusan ia bangun setelah beberapa waktu yang lalu sukses kamu robohkan. Tentang rindu.... Rindu yang selalu ia katakan bahwa rindu itu tak beratasnamakan. Andai kau tahu Je... Rindu itu, rindu yang tak beratasnamakan itu adalah rindu kepada dirimu. Kepada segala arus perhatian yang pernah kamu pusatkan teruntuknya yang kini justru menenggelamkannya dalam rindu yang teramat dalam samapai-sampai ia lupa bagaim

Jo, aku ingin cerita :')

Untuk Jo, sahabat terbaik yang udah bobok manis di surga sana. Hai Jo! Apa kabar kamu ?, betah di surga ya Jo ?, oh... pantesan kamu enggak balik-balik lagi ke sekolah. Di sini pada kangen sama kamu loh Jo... :D hihihi... Hai Jo! Kamu tahu enggak ?! ada satu kisah yang ingin aku ceritain ke kamu. Meski sebenernya ada ribuan kisah yang masih ingin aku ceritain ke kamu setelah kepergian mu beberapa tahun yang lalu. Hai Jo! Inilah kisahnya..... April, 2012 Sore itu seperti sore biasanya di hari Sabtu. Aku sengaja keluar kelas lebih awal demi menghindari kebiasaan terlambatku. Aku takut jika Minggu ini aku gagal lagi bertemu dengannya karena penyakit lelet ku. Sore itu alangkah beruntungnya aku, rencanaku kali ini benar-benar berjalan dengan sempurna, sesempurna anganku siang tadi saat di perpustakaan ketika aku mengkhayal akan melihat senyumnya sore ini. Dan ternyata apa yang aku khayalkan siang tadi benar-benar menjadi kenyataan. ya, aku bertemu dengannya, melihat senyumnya tep

Wahai gadisku, aku menyesal.

Untuk gadisku... Si ceria yang menangis dalam senyum. Gadisku, apa kabar ?. Ingin sekali pertanyaan itu ku ucapkan kepadamu. Atau setidaknya pertanyaan itu ku ketik lewat ponselku sebagai diawalinya lagi sapaan bisu kita berdua seperti dulu, seperti sore hari di awal bulan ke sembilan. Jika kau tahu wahai gadisku, hari kemarin, hari ini dan esok nanti aku akan tetap merindukanmu, merindukan senyum pagimu, merindukan menyapa sore harimu, sungguh... Aku rindu semua itu. Maafkan aku wahai gadisku. Ketika aku tiba-tiba beranjak dari kisah ini, pergih dengan menyisakan skenario yang tak terselesaikan. Aku tahu itu adalah kesalahan. Dan meninggalkanmu tanpa pesan adalah sebuah penyesalan. Entah apa yang telah merasukiku malam itu. Tiba-tiba aku memutuskan agar berhenti mengejar anganku untuk memilikimu. Aku menyerah pasrah karena untuk mendapatkanmu adalah hal yang benar-benar membuatku lelah. Berusaha memberikan perhatian kepadamu namun selalu saja gagal membuatmu tersanjung. Berusaha me

Si pemberani ku

Hai si pemberani ku... Untuk malam yang hampir saja habis, aku terkejut setengah mati melihat notif whatsapp ku berbunyi, bukan sekedar pesan biasa dari beberapa ocehan teman di grub kelas tapi itu kamu. Kamu yang lima tahun lamanya tak lagi hadir di depan mataku. Kamu yang lima tahun lalu masih saja ku kejar demi sebuah kisah cinta monyet dan kamu yang bahkan hingga detik ini masih membuatku risau tentang jawabanmu atas rasa yang pernah ku miliki lima tahun lalu~ saat aku suka padamu. Hai si pemberani ku... Terimakasih untuk sebuah ucapan selamat di penghujung malam pada januari ke tujuh belas ku. Sungguh, aku merasa benar-benar tersanjung. Dan kamu, aku merasa kamulah si pemberani nomor satu. Kamulah yang tak pernah ku duga untuk bisa seberani ini. Kamulah yang satu-satunya dan tak seperti yang lainnya yang terlalu malu mengucap rindu. Hai si pemberani ku... Kamu adalah yang tahu bagaimana seorang wanita menanti sebuah sapaan, yang tak punya cukup nyali untuk berbuat terlebih da

Si pemalu ku

Hai si pemalu ku... Apa kabarmu ? Bolehkah aku mendapat jawaban darimu tentang pertanyaanku itu ?, aku harap, boleh. Hai si pemalu ku... Sejak pesan terakhirku yang tak kamu balas itu aku masih saja berharap untuk mendapati balasannya terkirim ke dalam inbox hanphoneku, hingga malam ini, malam ke seratus tujuh sejak perkenalan pertama kita. Hai si pemalu ku.... Taukah kamu ? Lima hari lalu adalah januari ke tujuh belasku; kau tak tahu ya ? Atau kamu memang pura-pura tak tahu ? Aduh... Kenapa harus begitu ?!? Hai si pemalu ku... Taukah kamu ? Di januari ke tujuh belas ku aku ingin sekali kamu kembali hadir menyapa soreku. Kembali menanyakan kabarku, menanyakan apa yang ku lakukan, menanyakan apa saja yang bisa membuat percakapan bisu kita teras lebih dari lama dan hingga akhirnya pesanmu tak terbalas malam ini dan ku balas ke esok harinya karena aku tanpa sengaja terlebih dahulu tertidur pulas~seperti dulu. Masihkah kau ingat momen-momen seperti itu ? Iya, momen bersamaku itu ?!?.

Sepenggal kalimat

~untuk berdua atau bersama Bukannya berbanyakan itu lebih mengasyikkan daripada berduaan Bukannya bahagia itu bersama bukan hanya berdua Lantas, masihkah ada yg ragu untuk meninggalkan yg "berdua" itu agar "bersama" Lagipula, kita masih muda, waktu kita masih terlalu lama jika hanya untuk dihabiskan berduasaja ~Rasa Lara Terlalu naif jika yang dibohongi akan merasa biasa saja terlalu naif jika yang dihianati akan merasa baik-baik saja Terlalu naif jika yang ditinggalkan akan merasa kuat-kuat saja Sadarlah... Kita hanya manusia, kerangka terbungkus daging dan kulitpun masih tak pantas disebut manusia. Kita punya pikiran, kita punya perasaan yang mana keduanya minta pertanggungjawaban atas rasa kecewa.