Bila saja waktu dapat memihak kepada pemilik hati yang selalu gusar pada setiap malam-malam kelam. Ingin rasanya ku sampaikan lampiran pesan rindu kepada Mas Jaka. Semoga saja dibacanya entah sebagai bualan semata atau dianggapnya kata per kata yang nyata yang sedang ku rasa. Teruntuk Mas Jaka yang berada jauh di sana, yang entah kapan pulang untuk sekedar berjumpa menyetuskan sapa. Jujur dari lubuk hati terdalam dan terdasar ku, aku merindukanmu. Dua bulan bukanlah waktu yang singkat sebagai langkah awal perjumpaan kita. Menemukanmu di antara puluhan pengunjung warung kopi ini bukan pula hal mudah semudah menyeruput kopi hangat yang kau teguk setiap paginya. Masih ku ingat ketika untuk pertama kalinya aku meladeni pesananmu. Satu gelas kopi hitam ditambah setengah sendok gula dan air yang kau pesan tidak terlalu panas, serta delapan kali adukan yang kau minta dan selalu kau anggap sebagai symbol keberuntungan mu setiap harinya. “seperti angka delapan, semoga keberuntungan
Catatan kecil berharap menjadi besar